
Dalam Islam kita dilarang Allah untuk membebek (TAQLID BUTA) …..tanpa tahu ilmu atau ….dalil dari Al Qur’an dan Hadits ——————- Mengikuti pemimpin yang sesat akan menyeret kita ke neraka: “Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk ke dalam neraka, dia mengutuk pemimpinnya yang menyesatkannya; sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman: “Masing-masing mendapat siksaan yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui.” [Al A’raaf:38] ——————- Bahaya Taqlid (Membebek) dan Fanatisme Golongan (Ashobiyyah) ————————– “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al Israa’:36] ————————- Dalam Islam, kita harus saling nasehat-menasehati dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Jika ada ulama/pemimpin yang keliru, kita wajib mengkoreksinya. ————————- Abu bakar Shiddiq ketika ditetapkan sebagai khalifah. Pertama ia mengakui kekurangannya secara jujur tanpa mempertimbangkan harga diri dan kewibawaannya. Hal ini dapat dipahami dari pidato beliau ketika itu. “Saya telah diberi kekuasaan (tauliyah) atas kalian,” kata Abu Bakar, “Padahal saya bukan yang terbaik di antara kalian. Apabila saya benar, dukunglah kepemimpinan saya. Tapi bila salah atau menyimpang, luruskanlah saya. Taatilah sepanjang saya mentaati Allah dalam memimpin kalian. Tapi bila saya berbuat ma’shiyat, maka kalian wajib tidak mentaatinya.” ——————————– Pada waktu ‘Umar terpilih menjadi khalifah yang kedua, maka isi pidato “pengukuhannya” antara lain seperti berikut: “Sekiranya saya ketahui ada yang lebih cakap dan lebih baik dari saya, maka demi Allah saya tidak akan memangku jabatan ini.” ——————————– Namun pidato pengukuhannya itu diinterupsi,disanggah oleh seorang asysyabab, pemuda dengan hunusan pedang. Yaitu pada waktu ‘Umar berucap: “Apabila tindakan saya benar, ikutlah saya dan apabila saya menyimpang luruskanlah saya.”…………….. Asysyabab itu menghunus pedangnya dan dengan suara lantang ia berkata: “Hai ‘Umar, apabila engkau menyimpang, akan saya luruskan engkau dengan pedang saya ini.” ……………… Lalu bagaimana reaksi ‘Umar? Dengan senyum ‘Umar berkata: “AlhamduliLlah, puji bagi Allah yang telah memberikan keberanian kepada seorang hambaNya, seorang asysyabab, yang bersedia meluruskan ‘Umar dengan pedangnya.” Itulah sikap Islam yang terbuka dengan kritik dan tidak diracuni oleh taqlid. ———————— Ketika Shalat, seorang Imam harus mengerjakan shalat sesuai dengan aturan/rukun yang telah ditetapkan Allah. Jika menyimpang, makmum tidak boleh mendiamkan/membiarkannya. Jika tidak, maka semuanya tidak sah shalatnya. Makmum harus menegur Imam dengan bacaan tasbih. Jika ada ayat yang keliru, makmum harus membacakan yang benar kepada Imam. ———————————— “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” [Al ‘Ashr:2-3] ——————————- Jadi ummat Islam itu harus selalu saling taushiyah tanpa memandang ulama/bukan karena pada dasarnya Islam tidak mengenal sistem Kependetaan. ————————– Ummat Islam harus senantiasa menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Tidak taqlid begitu saja: ……………. Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar) ———————- Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma’ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo’a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma’ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. (HR. Ath-Thabrani) ——————————- Jika kita taqlid saja dan tidak melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, niscaya doa kita tidak dikabulkan oleh Allah dan mendapat laknat serta bencana. ———————– Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim) ————————— Mengikuti pemimpin yang sesat akan menyeret kita ke neraka: “Allah berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk ke dalam neraka, dia mengutuk pemimpinnya yang menyesatkannya; sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman: “Masing-masing mendapat siksaan yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui.” [Al A’raaf:38]
Dalam Islam kita dilarang Allah untuk membebek (TAQLID BUTA) …..tanpa […]